Monday, April 30, 2007

Move to Qatar (part I)

Sudah 2 minggu terakhir ini aku sangat sibuk.........terutama untuk persiapan kepindahan ke Qatar. Awal minggu lalu visa untukku, istri dan anak-anak sudah kelar. Dua hari kemudian aku mulai step "matur" kepada atasanku. Yang pertama atasanku langsung p.Djoko, orang yang baik, sangat perhatian kepadaku dan seringkali berbagi kiat dan pengalamannya kepadaku. Memang di awal pembicaraan saat aku mulai menceritakan rencanaku, beliau terlihat kaget. Tapi hanya sebentar saja, setelah itu kami tenggelam dalam pembicaraan yang mengalir lancar karena pada dasarnya beliau bisa mengerti motivasiku untuk pindah ke Qatar. Yang beliau harapkan sebelum aku pergi adalah masukan demi kebaikan perusahaan dan tinggalkanlah knowledge yang ada pada diriku. Pesan beliau ingatlah pada peribahasa :" datang tampak muka, pergi tampak punggung", datang dengan baik-baik, dan pergilah pula dengan baik.

Step kedua pada hari Jumat siang, aku matur kepada PGM pak Gunawan. Beliau adalah orang yang sangat bijak, tegas, dan sangat pengertian terhadap anak buahnya. Beliau terlihat kaget juga....surprise dengan rencana kepindahan yang aku sampaikan. Senang.......sekaligus sedih bercampur jadi satu tutur beliau. Senang karena ada anak buahnya yang ingin maju, berani ambil tantangan bekerja di negeri orang. Sedih karena perusahaan akan kehilangan pasukan inti. Beliau meminta estimasi rencana kepergianku, karena tentu saja sebagai top management, beliau harus segera menginfokan ke anggota BOD lainnya dan mengambil langkah untuk menentukan siapa pengganti diriku. Dari diriku pribadi, aku lebih suka jika penggantiku adalah kader dari dalam tubuh perusahaan sendiri, lebih spesifik lagi aku harapkan penggantiku adalah p.Andrian Deputy ku. Tetapi keputusan tetap ada di tangan BOD dan seperti semboyan Institute Technologi Blogging "time will tell", waktu jua yang akan membuktikan siapa yang akan menjadi pengganti diriku .........

Waktu demikian cepat berlalu tanpa terasa hanya tinggal sekitar satu bulan lagi aku harus meninggalkan kota tercinta ini............Sebelum resign, aku akan ambil cuti dan pamit kepada keluarga di Banjarmasin, Jogja, dan Jakarta. Banyak persiapan yang masih harus aku lakukan...........menawarkan rumah & mobil, packing barang, kirim barang, urusan bank, persiapan dokumen2, arrange journey, perpisahan, dll......walaupun banyak aku mohon kepada Allah SWT agar dapat dimudahkan segala persiapan, urusan dan perjalanan kami menuju Doha, Qatar nanti.........Amin

Thursday, April 19, 2007

BAKSO SOLO MAS HERU........

Sudah seminggu ini aku kok jadi ketagihan makan bakso.......terutama bakso solo mas heru yang di belokan gunungsari setelah jembatan. Gak ada yang istimewa sih dari bakso ini, sama rasa dan porsinya dengan yang dulu tapi kenapa kok sekarang jadi ketagihan ??? what's wrong with my appetite ?

Heh mungkin gara-gara Watik (temen di Perth) yang memulai diskusi bakso urat....sampe aku merhatiin gimana pakde bakso BSD bikin bakso urat. Habis itu sering makan bakso lagi deh..padahal sebelumnya aku dah ngurangin makan daging sapi apalagi bakso. Siang kadang saat menu makan kantor tidak mengundang selera, aku segera melesat ke bakso mas heru.........wah kadang gk bisa ngontrol nafsu : mie ayam + bakso 1 mangkok pake mie putih aja....+ frestea dingin. Menu bakso mas heru masih standar : mie + bakso halus 3 ea + bakso kasar 1 ea + tahu bakso. Ukuran baksonya sekitar diameter 3-4 cm, kalo yg urat kayaknya agak gede sedikit deh. Sebelum ini aku sukanya sih makan bakmi tebet yg jaraknya cuma 100 m dari bakso solo mas heru. Gak tau nih tiba2 selera berubah dan kayaknya sekarang harus tak rem lagi makan baksonya......jaga kolesterol boo......

OK mulai besok, aku janji mo puasa bakso solo dulu seminggu..........doain yaa bisa........

Wednesday, April 18, 2007

MENUNGGU KEMATIAN

Pagi ini sehabis meeting kita diskusi masalah teman yang menderita penyakit ginjal kronis. Penyakit tersebut terjadi kelihatannya akibat lebih lanjut dari tekanan darah tinggi yang sudah lama diderita beliau. Tekanan darah beliau memang tidak main-main tingginya, normal sekitar 180/120. Kalau sedang bermasalah systole bisa naik sampai 220 bahkan katanya pernah sampai 250 (alat pengukur tekanan darah digital sampai erorr..........)

Informasi dari seorang teman lain, bahwa kandungan ureum di dalam darahnya sudah mencapai 285 ug/l. Sedangkan limit seseorang yg harus menjalani hemodialisa adalah kadar ureum 200 ug/l ! jadi kesimpulannya penyakit beliau ini sudah sangat parah dan seharusnya beliau menjalani hemodialisa alias cuci darah. Tetapi beliau sendiri tidak mau jika dirinya menjalani proses cuci darah ini. Teman yang lain dari admin menceritakan bahwa beliau ini sebenarnya sudah mencapai taraf ketakutan akan menghadapi kematian !. Memang secara fisik sudah terlihat gejala kemunduran, seperti badan yang tambah kurus, muka pucat, pantat tepos, dan muntah-muntah. Dokter di RS lokal sini, sudah meramalkan bahwa usia beliau tidak akan lama lagi (2 minggu), karena tidak mau menjalani cuci darah. Berdasarkan petunjuk teman dari admin, beliau akan dikirim ke dokter di RS Cikini Jakarta dan apapun yang terjadi beliau harus mengikuti petunjuk dokter bahkan jika harus cuci darah sekalipun. Jika tidak, maka perusahaan tidak akan lagi membantu.

Saya sebenarnya merasa sangat prihatin akan kondisi sahabat saya ini. Namun apa daya karena sifat keras-kepalanya, maka kita tidak dapat berbuat banyak. Sejenak saya berusaha berempati dan merasakan perasaannya saat ini.............saat dimana tubuh sudah memberikan sinyal-sinyal kerusakan dan badan terasa sudah tidak enak lagi. Perasaan dimana bayang-bayang malaikat Izrail sudah mulai terlihat berkelebat dan menunggu di ujung perjalanan.........Terasa detik demi detik sangat cepat berlalu dan himpitan beban di atas kepala terasa semakin berat karena kita merasa banyak sekali dosa yang telah kita perbuat dan segera akan ditanyakan pertanggungjawabannya di alam kubur..........Tak terasa aku kemudian bermunajat : "Ya Allah berikanlah yang terbaik bagi beliau dan andaikan kau akan ambil dia, wafatkanlah dia dalam keadaan Khusnul Khotimah. dan Jika Engkau masih memberikan mukjizat padanya untuk berumur panjang, berikanlah kesempatan padanya untuk mencetak amal jariyah yang dapat mengikis segala dosanya............."....."Ya Allah, kami semua termasuk aku adalah hambaMu yang lemah, berikanlah petunjuk dalam kehidupan kami agar kami dapat menunggu saat kematian itu dengan tumpukan amal ibadah dan menyongsong saat itu dengan segala keihklasan, serta tiba saatnya nanti dengan mendapatkan Khusnul Khotimah..........amiiin..."

Tuesday, April 17, 2007

PRAHA (PRAGUE/PRAG)

Akhir bulan November 2006 lalu, saya bersama p. Andrian berkesempatan mengunjungi Praha ibukota Republik Ceko alias Ceska Republica, dalam rangka mengikuti World Methanol Conference yang diselenggarakan oleh CMAI.

Menggunakan Lufthansa flight dari Frankfurt, kami landing di Ruzyne Airport sekitar tengah hari. Airportnya tidak begitu besar (dibandingkan Frankfurt or Franz Joseph Strauss Muenchen), dan relatif sepi (saat kami datang). Setelah tukar uang USD ke CZK (Czech kronner) Langsung ambil taxi ke Hilton Prague. Taxinya adalah sedan Skoda hitam besar yg cukup keren. Supirnya seorang tua (umur limapuluhan) tetapi berbaju rapi bernama Jiri (Versi Inggrisnya George). Airport Ruzyne tidak terlalu jauh jaraknya denga pusat kota, hanya sekitar 30 menit perjalanan dengan Taxi. Di beberapa jalan dilengkapi dengan speed sensor, so Jiri mengemudikan mobilnya dengan pelan saat melewati sensor tersebut. Sampai di Hilton kita bayar 450 CZK (sekitar Rp 225.000).....

Praha adalah kota tua yang indah dengan bangunan berarsitektur baroque. Kota ini dibelah oleh sungai Vltava yang bersih dan beberapa jembatan menghubungkan antara sisi kota yang satu dengan lainnya. Jembatan yang sangat terkenal adalah Karluv Most (Charles Bridge). Jembatan sepanjang sekitar 200 meter ini dibangun oleh raja Charles IV dan sekarang digunakan pejalan kaki sebagai salah satu tujuan wisata utama di Praha. Saat winter juga merupakan musim turis ramai berkunjung ke Praha. Kastil Praha (Prague castle) adalah salah satu "must see object" di Praha. Dari downtown, kastil ini terletak di seberang sungai Vltava, di tempat yang agak membukit sehingga terlihat jelas dari downtown. Di dekat salah satu jembatan, ada perkampungan dan alun-alun yahudi (jewish square) yang mempunyai beberapa synagogue. Konon beberapa abad yang lalu orang yahudi yang merantau ke eropa akhirnya sebagian menetap di Praha. Sebagian lain adalah pelarian dari Jerman saat Hitler berkuasa. Di downtown yang hanya berjarak sepelemparan batu dari ujung Karluv Most, terlihat sangat ramai orang berkumpul dan beraktivitas. Restoran cepat saji dari Amerika terlihat sudah bercokol disini seperti McDonalds, Burger King dan Pizza Hut.

Saya coba juga naik metro (subway kota) dari stasiun dekat Hilton (lupa nama stasiunnya...abis agak susah ejaannya) ke downtown. Jalur metro nya cukup simpel cuma terdiri dari 5 jalur dan sangat mudah dipahami (beda dengan Berlin, Frankfurt, atau Paris yang jalur metro nya agak ruwet). Saya beli tiket sekali jalan di mesin, dengan memasukkan koin. Tidak ada petugas yang menjaga di gate, kita tinggal masukkan tiket ke gate dan langsung turun tangga ke stasiun. Gak sampe 2 menit menunggu, kereta dah datang. Semenit kemudian kereta berangkat. Kira-kira sepuluh menit kemudian saya sudah sampe di downtown (stasiunnya lupa) dan keluar stasiun dah muncul ditengah-tengah downtown tempat orang jualan suvenir.

Untuk urusan makan, Praha juga relatif lebih murah dibandingkan kota di Jerman. Tetapi rekan kami Dr. Marcus Michel dari SudChemie mengatakan bahwa saat ini makanan di Praha jauh lebih mahal dibandingkan zaman komunis dulu (masih Cekoslovakia), karena kiblat mereka sudah mengarah ke Uni Eropa dan standar kehidupan juga dengan cepat naik. Kami ditraktir dinner oleh Marcus dan Norbert di sebuah rumah makan sederhana (pelayannya cuma satu) dan cuma habis sekitar 1200 CZK (sekitar 600 ribu rupiah). Kebalikan dari itu sehari sebelumnya kami juga dijamu oleh Michael Fjording dan Anja Nielsen teman dari Haldor Topsoe Denmark di restoran elite bernama Modre Ryuze (Mawar Biru). Letak restorannya di bawah tanah (kayak bunker), tetapi designnya unik dan pelayanannya sangat baik dilengkapi dengan live piano. Kami berempat menghabiskan sekitar 5500 CZK (wooow.......2,75 jt rupiah).........

Hari terakhir setelah berburu suvenir, kami cek out dari Hilton dan ambil Taxi ke Ruzyne. Rupanya kalo taxi dari Hilton tidak memakai argo melainkan dihitung berdasarkan ring (seperti taxi di jogja). karena Ruzyne masuk di ring 2, maka tarifnya 750 CZK (350 ribu rupiah...alamaak) jauh lebih mahal dibandingkan Ruzyne-Hilton....gk ada pilihan lagi sih..........
Tetapi bagaimanapun Praha memang berkesan karena keindahannya..........suatu saat ingin rasanya kembali ke sana di winter time dengan keluarga............insya Allah

ANTRI ELPIJI


Jam setengah enam pagi aku meluncur ke Gunung Sari tepatnya ke Toko Irama Dunia untuk ngantri beli elpiji. Kenapa kok pake ngantri segala……ya jelas lah soalnya elpiji sekarang dah jadi barang langka….begitu datang langsung amblas blas habis dibeli orang.
Sudah ada sekitar 6 orang yang menunggu dan puluhan tabung gas elpiji ukuran 15 kilogram antri disusun di depan pinto toko yang masih tertutup.

Sambil menunggu, saya ngobrol-ngobrol dengan beberapa orang disitu. Salah satunya adalah pak Munawir seorang pedagang elpiji. Setelah ngobrol sekian lama, saya baru tahu bahwa beliau adalah ex Manager Pom Bensin Koperasi PKT (Sebelah kantor BII). Beliau memutuskan tidak bekerja lagi di pom bensin tersebut, karena ingin berusaha sendiri. Sekarang beliau sudah mempunyai took sekaligus rumah di BTN KCY yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari plus elpiji. Selain itu beliau ingin mengembangkan usahanya di Sangatta, karena menurutnya di sana prospek nya lebih menjanjikan karena sedang tumbuh. Sebidang tanah di pinggir jalan raya di Sangatta sudah dibelinya dan rencana akan dibuat toko lagi sekaligus menjual elpiji. Menurut hasil survey kecil-kecilan nya, kebutuhan Sangatta mencapai 3000 tabung per bulan dan masih berkembang Karena pengguna elpiji semakin bertambah. Menurut beliau Bontang sudah agak stagnan dan pemain sudah banyak sehingga agak susah berkembang. Kalo di Sangatta, masih banyak latent demand yang belum digarap dg baik dan pemain juga masih terbatas sehingga peluang maju terbuka lebar. Wah hebat juga bapak ini, diam-diam aku kagum terhadap analisa dan semangat enterpreneurshipnya. Walaupun Cuma lulusan madrasah aliyah, tetapi beliau punya intuisi bisnis yang kuat dan semangat maju yang tinggi. Beliau percaya jika kita jeli, dan telaten dalam berusaha insya Allah bisa maju.

Jam 6.30, toko belum buka, saya Tanya ke pak Munawir. “Biasanya buka jam berapa pak ?”. ”Biasanya sih antara jam setengah tujuh sampai jam tujuh...”. Wah payah ini, soalnya jam 07.00 aku harus berada di kantor. Informasi yg aku dapatkan ternyata kurang akurat. (teman memberi info bhw jam 6 toko dah buka). Segera aku putuskan untuk membatalkan mengantri, sambil membisikkan ke pak Munawir : “Pak saya titip satu ya….nanti tak ambil di rumah Bapak, siang saat saya istirahat kantor”….”ok pak silakan, tapi bawa aja tabung bapak” jawabnya…..kusahuti ”ok makasih ya pak” , aku segera meluncur kembali ke rumah untuk persiapan ke kantor……kapan ya antri-antri model gini hilang di bumi Indonesia ??

Wednesday, April 11, 2007

Lufthansa Rusak.........Blessing in Disguise

Jum’at, 26 November 2004 pagi, saya beserta pak Jakub, bergegas pergi ke bandara PT. Badak Bontang untuk mengejar pesawat Dash-7 PT. PKT menuju ke Balikpapan. Kami berdua plus pak Irfan mendapat tugas dari perusahaan untuk menghadiri undangan plant visit sekaligus melihat R&D center dari Haldor Topsoe di Denmark. Bersamaan dengan kesempatan itu, kami juga berencana akan mengunjungi Statoil methanol plant di Tjeldbergodden Norwegia. Sesuai saran President Director KMI, pak Saito, kami juga disarankan sekaligus ke main office Lurgi di Frankfurt untuk meeting tentang enhanced capacity plant KMI.

Setelah sampai bandara Sepinggan Balikpapan sekitar jam 08.00, kami langsung ke counter PKT untuk ambil tiket (return) dan boarding pass. Jam 08.45 pesawat boarding dan sekitar jam 09.10 pesawat garuda GA 511 take off menuju Jakarta. Pak Irfan sudah lebih dulu sampai di Jakarta karena ambil cuti ke Nganjuk dan Bogor.

Sesampainya di Jakarta, saya menuju rumah Bapak di LA dan ternyata Bapak sedang sakit dan saat itu sudah dibawa ke Rumah Sakit Marinir Cilandak. Saya langsung menuju ke rumah sakit bersama Ibu, mas Hedi dan Mbak Dewi untuk menengok Bapak. Pagi tadi Bapak mengalami kenaikan gula dalam darah sehingga sempat kehilangan kesadarannya waktu perjalanan pulang sehabis mengantar Icha (menurut cerita ibu, Bapak sempat makan tape ketan…). Untung ada orang yang mengantar Bapak sampai ke rumah dan setelah itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit. Di rumah sakit saya pamit kepada Bapak akan pergi ke eropa untuk dinas dan sambil mendoakannya agar lekas sembuh.

Setelah menjenguk Bapak, saya pergi ke Blok-M janjian bertemu dengan pak Samsul (orang Fajar Mas Murni, agennya Topsoe) dan juga ketemu denga pak Jakub dan Irfan. Di Pasaraya Blok-M kami mencari perlengkapan untuk menghadapi musim dingin di Eropa seperti tutup kepala, sarung tangan, syal, long john dan overcoat. Setelah selesai, kami segera pulang ke rumah masing-masing sambil tak lupa saya serahkan uang kewajiban KMI ke pak Samsul (untuk tiket).

Keesokan harinya sabtu 27 november 2004 sore, saya menuju bandara Soekarno Hatta diantar oleh mas Hedi, mbak Dewi, Icha dan Putri. Saat itu jalanan macet disimpang tol pasar rebo dan arah menuju cawang. Untungnya di tol grogol jalan cukup lancar dan saya bisa sampai airport sekitar jam 17.30 (terlambat 30 menit dari waktu kencan kita yang disepakati jam 17.00). Saya langsung bergegas masuk ke terminal 2D dan didalam sudah menunggu pak Jakub, pak Samsul dan Irfan. Segera kita mengurus cek-in dan seperti prosedur normal overseas trip kita membayar fiskal dan menuju pemeriksaan paspor di counter imigrasi. Jam 19.50 kita boarding ke pesawat long haul nya Lufthansa Boeing 747-400 dengan nomer penerbangan LH 779 tujuan Frankfurt via Singapore. Sekitar jam 20.20 pesawat take off dari Soekarno-Hatta airport menuju Singapore. Ada satu hal yang kurang sreg bagi saya, saat taxiing dari apron ke runway terdengar suara kreyot-kreyot di atas kabin kami kelas ekonomi. Apalagi saat proses take off dari ujung runway suara itu semakin keras saja, sampai-sampai saya dan pak Irfan berkomentar “ ini pesawat kok kayak angkot aja bunyinya….” Satu hal lain lagi yang khusus adalah saat masuk ke kabin, di aisle business class, saya bertemu dengan Mimi Halim teman saya TK-89 yang kebetulan mau seminar tentang perfume di Rio de Janeiro dan menumpang Lufthansa via Frankfurt.

Jam 22.40 pesawat mendarat dengan cukup mulus di bandara Changi Singapore. Setelah parkir di apron, semua penumpang dipersilakan turun dan menunggu di waiting room selama kira-kira 45 menit. Kesempatan ini kami gunakan untuk sholat jamak takhir maghrib dan isya di musholla Changi. Seperti biasanya, bandara Changi kondisinya sangat bersih dan terawat, bahkan kesan mewah tampak dari karpet dan sofa-sofa besarnya disepanjang hall. Setelah sholat dan shooting handycam di dalam bandara change, kami kembali ke waiting room dan ternyata ada penundaan keberangkatan dikarenakan adanya gangguan pada mesin No. 3 dan perlu pemeriksaan. Saya intip dari kaca jendela waiting room, memang beberapa teknisi sedang membuka cover mesin no. 3. Melihat cara perbaikannya, feeling saya mengatakan bahwa kerjaan ini akan memakan waktu yang cukup lama. Setelah kira-kira 1.5 jam dari waktu kedatangan, atau sekitar jam 23.50, station manager Lufthansa Singapore mengumumkan kepada penumpang bahwa diperlukan waktu sekitar 1 jam lagi untuk memastikan apakah mesin masih dapat diperbaiki dan pesawat diperbolehkan pergi ataukah tidak. Sekitar jam 00.55, penyelia Lufthansa berkebangsaan Singapore bergegas keluar dari dalam garbarata, dan menuju counterdesk di waiting room, dengan suara mantap tapi intonasi yang sedikit menurun dia berkata : “……there’s some unproper work for hydraulic pump in engine no. 3. it will need some more hours for repairment so finally 779 will not go…you will get transfer and accommodation until you’ll back here for next 24 hours”. Habis sudah harapan kami untuk bisa berangkat hari itu, akhirnya keberangkatan LH-779 dibatalkan dan kita harus ketempat parkir khusus bandara untuk diantar ke hotel tempat penginapan sementara. Di tempat itu telah siap sekitar 8 bus yang siap mengangkut kita, rupanya cukup baik kerjasama Lufthansa dengan hotel dan peyedia transport di bandara sehingga untuk keadaan emergency seperti ini kita tidak perlu menunggu terlalu lama di bandara.

Bus kami menuju ke hotel Grand Copthorne yang berada di pinggir sungai. Hotel ini cukup baik dan berkelas bintang 4. Para penumpang turun dan antri untuk check-in dan saking banyaknya penumpang yang check-in sampai perlu waktu lebih dari 1 jam untuk antri. Saya, pak Irfan, pak Jakub dan pak Samsul kecapean berdiri dan masing-masing mencari tempat duduk apa adanya untuk mengurangi penat. Setelah mendapat kamar, kami langsung masuk ke dalam kamar dan beristirahat kalo gak salah waktu sudah menunjukkan pukul 03.50. saya mendapat kamar yang deluxe (cukup besar) di river view side sehingga bisa melihat sungai dan langsung ambruk ke tempat tidur tanpa sempat mencuci muka dan gosok gigi lagi (saking capeknya).
.
Saya bangun jam 06.30 masih dengan badan lelah langsung mandi dan sholat subuh. Setelah itu take breakfast di restaurant lantai-1. Restaurantnya cukup menyenangkan dan makanannya juga enak-enak. Ada bagian yang outdoornya dipinggir sungai, beberapa orang makan sambil bersantai menikmati cerahnya matahari pagi. Setelah makan pagi, acara hari itu kami berempat berencana jalan-jalan ke Orchard bersama temannya pak Samsul seorang agen regional kompresor Ingersoll-Rand bernama pak Adnan. Sekitar jam 11 pak Adnan datang membawa mobilnya dan kita langung diajak jalan-jalan keliling Singapore sebelum menuju ke Orchard. Di Orchard kami jalan-jalan di depan Takashimaya dan setelah capai, kita makan di restoran.......(to be continued)

Indahnya Serpihan Salju Mount Titlis

Jum’at pagi 22 September 2001, embun masih segar menempel di dedaunan saat mobil KMI-01 menjemput saya didepan rumah. Pagi itu saya dan Pak Andrian mendapat tugas dari Manajemen KMI berangkat ke Muenchen Jerman untuk menghadiri sekaligus melakukan presentasi paper di forum Lurgi LP Methanol Licencees Conference 2001. Sebenarnya kami berdua ditugaskan bersama-sama Mr. Hiroshi Sato, namun karena journey kami berbeda dengan beliau, maka kita berangkat lebih dahulu. Rute perjalanan kami adalah Balikpapan-Jakarta-Singapore-Zurich-Munich (Muenchen) PP menggunakan Swiss Air dari Singapore. Sedangkan Mr. Sato menggunakan Lufthansa dengan rute Balikpapan-Jakarta-Singapore-Frankfurt-Berlin-Munchen-Singapore-Jakarta.

Seperti biasa dari Bontang kami menumpang pesawat Pelita Pupuk-Kaltim menuju Balikpapan, dan take off sekitar pukul 07.20 WITA. Sampai di Balikpapan, langsung check-in ke Garuda GA 513 jam 09.00 tujuan Cengkareng Jakarta. Kita menggunakan tiket terusan Balikpapan-Jakarta-Singapore PP yang ekonomis-efisien dan take off dari Cengkareng sekitar pukul 12.00.

Killing Time di Singapore
Perjalanan ke Singapore sangat lancar dan kami tiba di Changi pukul 14.20 waktu setempat. Pesawat Swiss Air SR 816 yang akan kami tumpangi menuju Zurich baru berangkat pukul 23.00 waktu setempat, oleh karena itu kami harus menghabiskan waktu sekitar 7 jam di Singapore. Sewaktu merencanakan journey ini, saya sempat mengontak rekan lama saya –Dadan Sunandar- (teman masa SMP) yang kebetulan sedang berada di Singapore untuk training. Nah kesempatan ini saya gunakan untuk bertemu dengannya. Karena kami membawa dua potong bagasi, yang tidak nyaman kalo dibawa jalan-jalan, maka barang tersebut kami titipkan ke tempat penitipan barang di airport lower ground B-2 dan membayar sekitar 8 S$. Dari lower ground yang juga tempat bus station, kami langsung menumpang bus kota menuju daerah raffles city, dimana tujuan kita adalah Westin Stamford Hotel tempat rekan saya menginap. Pak Andrian karena tidak jadi menemui temannya maka ia turut bersama saya. Alhamdulillah kami bisa menemukan hotel tersebut walaupun dengan sedikit berjalan kaki. Dari kamar di lantai 34 Westin Stamford, saya melepas kangen dengan sohib saya semasa SMP yang baru bertemu kembali saat ini. Sekaligus kita manfaatkan momen tersebut untuk mengambil foto-foto dengan background yang indah – kota Singapura- . Satu hal yang aneh adalah dari kamar tersebut kita bisa onlinekan HP (walaupun nggak bayar jaminan) tapi hanya dari salah satu sisi kamar saja, di bagian lain tidak bisa. Nah saya bisa nelpon istri, kirim sms ke pak Win dan saudara saya. Pak Andrian bahkan sempat nelpon ke Solo dan ke mbak Digna & Nilda. Kemungkinan hal ini disebabkan karena adanya bocoran signal dari Batam yang tidak terlalu jauh dari Singapore.
Setelah shalat qasar dzuhur dan ashar, kami berempat (saya, pak Andrian, sohib saya – Dadan- dan Istrinya) jalan-jalan ke Orchard dengan menumpang MRT dari City Hall persis di samping bawah lobby Westin Stamford. Karena sudah lama nggak naik MRT, kami lupa gimana caranya beli karcis dan nukar duit recehan. Untung ABG di sini baik-baik dan dengan ramah menunjukkan caranya menukar uang dan beli tiket MRT. Dari City Hall sekitar 10 menit kita sampai di Orchard station dan langsung dilanjutkan jalan-jalan sambil bercerita sana-sini. Didepan Takashimaya – Ngee Ann City kita sempat ambil foto dipinggir air mancur. Suasananya jalannya enak sekali karena banyak pohon rindang dan situasinya agak rame, mungkin karena menjelang weekend. Setelah putar-puter kesana-kemari, akhirnya lapar datang dan kita putuskan makan di warung yang sudah mendunia Mc.Donalds. Harganya nggak jauh beda dengan di Indonesia, saya beli paket Big Mac plus French fries dan soft drink Cuma S$ 7 (sekitar Rp. 44 ribu), sembari dilanjutkan ngobrol. Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 19.00 dan kita putuskan kembali ke Westin Stamford karena saya dan Pak Andrian mau numpang shalat lagi sebelum kembali ke Changi. Kembali lagi MRT jadi pilihan karena murah, cepat dan nyaman –langsung nyampe lobi Westin. Setelah rehat sejenak dan sholat maghrib-Isya, akhirnya kami pamit kepada Dadan –sohib akrab saya- dan istrinya untuk meneruskan perjalanan ke Swiss.

Sekitar Pukul 20.45 kami tiba kembali di Changi dengan menggunakan taxi dan membayar S$ 12.5, langsung mencari counter Swiss Air untuk check-in. Alhamdulillah prosesnya cepat dan kita langsung menuju ruang tunggu sekitar pukul 21.10. Boarding time pukul 22.20 melalui ramp-way, kita langsung masuk ke pesawat long-haulnya Swiss Air MD-11 yang berkapasitas sekitar 250 seats. Pesawat ini merupakan versi ER (extended range) nya DC-10 yang bermesin 3 buah (2 di sayap dan 1 di ekor). Sebagai info, Swiss Air tidak mempunyai seri Boeing 747 untuk melayani long-haul routenya. Mereka hanya mempunyai Mc-Donnel Douglas MD-11 dan Airbus A330-ER untuk long-haul. Sedangkan untuk short-haul mereka gunakan hampir semua keluarga Airbus (sampai ke A319) dan beberapa RJ Avro-100 / 80.

Zúrich, Pusat Bisnis di Swiss
Jam 23.00 pesawat belum ada tanda-tanda berangkat, dan Pilot in Command mengumumkan bahwa pesawat mengalami delay sekitar 40 menit karena busy traffic disekitar Changi. Akhirnya pada pukul 23.30 pesawat mulai bergerak dan perlahan-lahan berjalan menuju runway untuk take off sekitar pukul 23.45. Dari udara perlahan-lahan kami tinggalkan kerlip-kerlip cahaya Singapore city yang indah menuju salah satu pusat bisnis eropa : Zúrich.

Di dalam pesawat kami kebagian seat baris kedua dari belakang, sehingga dekat sekali dengan toilet dan pantry (suatu tempat yg cukup strategis apalagi bagi yg sering ke toilet). Tidak ada yang spesial kami lakukan di dalam pesawat selama kurang lebih 14 jam kecuali membaca, makan-minum, tidur, nonton TV, dengerin musik, dan ke toilet. Pada paruh akhir penerbangan saya sempat jalan-jalan di aisle untuk meregangkan kaki yang nekuk terus-menerus (ini untuk menghindari “economy class syndrome” yang bisa mengakibatkan penggumpalan darah di kaki dan bahkan mengakibatkan kematian) . Menu makanan sudah mulai ala eropa, sajian dilengkapi juga dengan wine dan bir. Sebelum makan, jika ada komponen daging, saya biasanya Tanya kepada pramugari apakah ini beef or ham / pork. Alhamdulillah tidak ada yang ham jadi masih bisa makan dengan tenang.

Sekitar pukul 07.10 kami landing di Unique Zurich International Airport, suatu bandara modern yang terbesar di Swiss. Bandara ini merupakan airport tersibuk nomor 4 di Eropa setelah Frankfurt, London, & Amsterdam. Setelah imigrasi dan klaim bagasi, kami langsung cari informasi transport menuju hotel. Sewaktu perencanaan journey, saya sudah surfing di internet bagaimana menjangkau hotel Ibis Zurich Adliswil yang dipesankan oleh Devika travel, yaitu menggunakan Geissberger Shuttle bus dg membayar SFr 25 utk 1 orang atau SFr 30 untuk 2 orang. Nah pertama kali kami lihat peta Zurich City dan coba mengetahui dimana lokasi hotel, setelah ketemu langsung tuker sebagian duit utk bayar2, dan mencari Geissberger bus. Keluar dari pintu Airport, hawa sejuk langsung menyergap (suhu sekitar 14 oC), dan disertai keluarnya uap dari mulut kalo kita bernafas (persis seperti nafas pemain bola yang sedang bertanding dimusim dingin). Saat ini di Eropa sedang musim gugur (autumn) dan hawa sejuk (10-16 oC). Tapi dasar orang tropis, maka 15 menit nunggu diluar kedinginan juga. Apalagi kami nggak bawa kaos tangan, jadi terasa sekali dinginnya. Ada beberapa bus parkir, tapi kami nggak nemuin yang namanya Geissberger. Tanya sana-sini nggak ada juga. Akhirnya jalan sedikit ke hilir, dan Tanya seorg supir..eh ternyata dia supirnya Geissberger bus. Ok deh langsung naik dan bayar SFr 30. Ada satu penumpang lagi yang ikut serta, sebelum bus melaju. Shuttle bus di Swiss merupakan bus kecil (kapasitas 9 orang) yang tugasnya mengantar penumpang dari airport ke hotel-hotel.

Keluar dari airport, kami disuguhi pemandangan kota Zurich yang indah. Kotanya tidak seberapa besar, dan bandara juga nggak terlalu jauh dari city center hanya sekitar 7 km. Di satu sisi kota berbatasan dengan bukit-
bukit yang dipenuhi pohon hijau. Sebagian kotanya memiliki kontur yang tinggi, berbukit…ya seperti Bandung. Di tengah kota ada stasiun kereta yang besar dan bagus+ bersih dan merupakan pusat kegiatan ekonomi kota. Di jalan-jalan raya, di tengahnya terdapat rel trem yang lamat-lamat hilir mudik mengantar penumpang. Bangunannya juga ada beberapa yang tua usianya mungkin dari zaman renaissance atau baroque. Ternyata hotel Ibis Zurich Adliswil letaknya agak diluar kota, tepatnya di distrik Adliswil sekitar 9 km dari kota Zurich. Wah repot juga kalo jalan-jalan nih pikir kami. Sesampainya di Hotel sekitar pukul 08.40 dan kami langsung check-in menggunakan voucher yang kami beli di Jakarta (US$ 100 untuk 2 org termasuk breakfast). Recepsionist mengatakan kamar akan siap pada jam 09.00 dan kami dipersilakan menunggu. Hotelnya aneh karena nggak ada lobby roomnya jadi kami nggak bisa duduk-duduk dengan leluasa. Ada tempat duduk, tapi digunakan untuk kafetaria / restoran, sehingga kami memutuskan duduk sambil sarapan roti dan minum teh. Sewaktu sarapan saya iseng-iseng ngambil brosur pariwisata dan Zurich small map. Ada beberapa paket tour ditawarkan dalam brosur, dan saya coba cari paket tour ke Jungfraujoch (sesuai rencana saya –jika waktu memungkinkan-) ternyata paket ini mensyaratkan nginap semalam di Interlaken, agar bisa ke jungfraujoch pagi hari. Nah daripada pusing dan nggak jalan-jalan kebetulan ada paket day tour ke Mount Titlis yang terkenal itu, dijemput jam 10.15. Akhirnya saya dan Pak Andrian sepakat ikut tour tersebut walaupun harus merogoh kocek SFr 125 (kira-kira Rp. 790 ribu) per orang. Dibrosur tour tersebut meliputi perjalanan ke Luzern, Engelberg dan naik cable car & rotair ke Mount Titlis (3200 m dpl).
Setelah masuk kamar, beres-beres, mandi + shalat (subuh atau dhuha ?…he…he..), kami langsung ke lobby nunggu jemputan. Nah di lobby ternyata ada internet gratis lho ! sambil nunggu saya dan pak Andrian nginternet tapi sambil berdiri (sengaja tidak disediakan kursi) biar nggak lama-lama kali ya. Saya sempat kirim e-mail ke Yossi di Jerman yang mengharapkan nanti dapat bertemu dengan kami. Tepat pukul 10.15 jemputan bis tour datang dan langsung kami naik. Di dalam bis kira-kira 80 % penuh dan tour guide langsung menjelaskan rencana perjalanan dan tips dalam tour.

Tour guidenya seorang mahasiswa swiss asal italy bernama Marinela. Hampir selama perjalanan dia ngoceh cerita tentang apa saja yang kita lewati, sampai tiba di Luzern (Lucerne) ada beberapa orang yang turun untuk mengikuti city tour luzern (dengan guide sendiri) dan Marinela berpesan jika mereka akan ditunggu pada jam 06.00 PM di halte bis dekat jembatan. Setelah itu dia berkisah tentang
keindahan Luzern, danau dan castlenya sambil bis merayap naik menuju ke Engelberg yang merupakan base station cable car ke Mount Titlis. Engelberg sepertinya berada di sebuah plateau (seperti kota Bandung) dengan ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut. Dari kota kecil inilah kita bisa mulai naik cable car ke atas gunung Titlis dengan melewati beberapa stasiun kecil. Dari stasiun kedua (setelah Engelberg) ada fasilitas bike riding yaitu meluncur ke Engelberg menggunakan sepeda. Sesampainya di stasiun ke empat (lupa namanya) kita berpindah dari small cable car (isi max 6 orang) ke huge cable car yang bisa berputar dan dinamakan Titlis Rotair (gambarnya bisa lihat di lampiran tiket Rotair). Cable car ini bentuknya silinder, berkapasitas besar (mungkin bisa 50 orang) dan bisa berputar untuk melihat pemandangan sekelilingnya. Kereta gantung ini yang menanjak ke stasiun teratas yaitu Mount Titlis di ketinggian 10,000 feet (sekitar 3020 m).

Sesampainya di stasiun Titlis, Marinela memberikan petunjuk untuk mengexplorasi fasilitas tour di sana seperti padang es dan ski sekalian memberikan tenggat waktu agar dapat berkumpul kembali di stasiun. Saya dan pak Andrian langsung menghambur ke padang es yang memang benar2 es semua –yang baru pertama kali ini kami bisa tidur2an di padang es- tapi karena suhunya sangat dingin sekitar –5 oC, maka kami tidak bisa berlama2 di sana. Setelah menikmati indahnya serpihan salju dan tidur2an di padang salju serta tidak lupa mengabadikan beberapa pose disana kami dengan segera kembali ke dalam ruangan yang hangat. Kami melihat beberapa turis telah selesai bermain ski dengan mantel es dan peralatan ski nya. Bahkan kami sempat berfoto dengan salah satu dari mereka. Di ruangan ini kami juga bertemu dengan rombongan turis dari Indonesia yang baru datang dari London. Diantara mereka ada yang ketinggalan bagasi di Heathrow sehingga harus beli beberapa pakaian. Setelah selesai berexplorasi di hamparan salju kami sangat kedinginan dan tentu saja perut ini keroncongan karena energi habis terkuras dingin. Saat turun tangga saya sempat melihat counter foto dan saya akhirnya memutuskan untuk berfoto di situ dengan background Titlis menggunakan baju tradisional pegunungan Swiss. Untuk mengganjal perut, kami akhirnya mengikuti arus teman2 satu group untuk mampir di restoran yang ada di Puncak Gunung Titlis itu (saya lupa namanya). Menunya tentu saja menu eropa dan tidak ada Nasi !! Karena sangat lapar akhirnya kami pesan kentang dan sosis sapi (ditanya terlebih dahulu kepada pelayannya tentang jenis sosisnya, karena biasanya sosis yang laris itu pork !!). Lumayan juga bisa ngganjel perut dengan sosis dan kentang plus teh hangat. Setelah selesai kami langsung turun ke stasiun dan kembali ke Engelberg dengan cable car.

Sekembalinya di Zurich kami kaget karena ternyata Bis berhenti di tengah kota dan saat itu sudah sore hari. Pemberhentian persis di depan stasiun kereta api kota. Akhirnya kita memutuskan jalan-jalan ke stasiun sambil mencari informasi kereta atau taxi yang menuju ke Adliswil (lokasi hotel Ibis tempat kami menginap). Di stasiun kami bingung dan bertanya ke orang dimana ada taxi yang bisa mengantar kami ke hotel, sekalian saya ambil kesempatan untuk tuker duit dan tentu saja berfoto-foto ria. Akhirnya kami mendapatkan juga taxi (yang agak tua mobilnya) ke hotel Ibis.

Besok harinya tanggal 24 September 2001(hari ulang tahun saya), setelah sarapan pagi (tentu tidak ketinggalan croissant dan teh hangat) kami sekitar jam 9 berangkat menuju Zurich airport karena ETD flight kami ke Muenchen adalah jam 11.55. Di airport setelah check in saya sempat membeli obat mata karena mata saya yang kiri agak iritasi dan seperti biasa setelah check-in dan di ruang tunggu sebelum masuk ke pesawat paspor dan visa dicheck dengan teliti oleh petugas imigrasi bandara, karena kami telah melengkapi diri dengan surat undangan dari Lurgi, maka kami tidak mendapati masalah yang berarti.

Conference Venue, Seehotel Leoni, Berg
Setibanya di bandara Franz Joseph Strauss Muenchen sekitar jam 13.40, kami dijemput oleh driver dari Lurgi. Kami satu mobil dengan kolega Lurgi dari Amerika seorang Doktor (tapi saya lupa namanya). Mobil langsung berangkat (kami tidak bareng dg pak Hiroshi Sato karena beliau datang lebih lambat sekitar jam 14.30 dan dijemput belakangan. Mobil tersebut langsung membawa kami ke tempat conference di Berg sekitar 30 km dari Muenchen.

See Hotel Leoni adalah nama hotel tempat kami menginap sekaligus tempat konferensi berlangsung, terletak di pinggir danau Starnberg. Kamar yang kami tempati juga posisinya “Lake view” dan mempunyai teras yang dilengkapi dengan tandon hujan yang bisa dilipat. Dari teras / balkon kamar, kami dapat melihat pemandangan sekeliling danau yang tenang. Tapi kami tidak bisa berlama-lama karena cuaca cukup dingin menusuk apalagi jika keluar tanpa mengenakan jas / jaket. Kamar hotel standard yang kami tempati sederhana dan ukurannya sedang. Tetapi dilengkapi dengan minibar dan tentu saja pemanas (dengan pemanas air panas yang mengalir lewat pipa). Pak Hiroshi Sato menempati kamar diujung yang lebih luas (mungkin deluxe atau superior). Disini sangat susah mencari air putih (seperti aqua), yang ada air putih tapi “carbonated” dan disimpan dalam botol kaca. Karena tidak ada pilihan ya terpaksa saya minum air tersebut.

Lokasi hotel ini juga cukup terpencil di pedesaan sehingga jauh dari pasar, took-toko dan keramaian (yang sebetulnya sangat kami cari-cari….duh kesiaan deh kita), sehingga makan harus selalu ikut di restoran hotel dan tidak bisa keluar-keluar untuk jalan-jalan. Kami mengikuti rangkaian acara yang ada dan setiap malam ada hang-out nya (acara keluar). Setelah malam pertama dinner resmi di restoran hotel, malam kedua makan di restoran country Klostergasthof Andechs yang aneh-aneh makanannya. Lalu malam ketiga kita diajak ke Oktoberfest di pusat kota Muenchen. Oktoberfest ini adalah festival tradisional tahunan yang diselenggarakan di bulan September-Oktober (seperti sekatenan di Yogya, atau pasar malam lah). Orang jerman punya kebiasaan bersenang-senang, pesta minum bir pada malam perayaan oktoberfest ini. Bir yang diminum bisa bergelas-gelas dan seringkali juga sampai mabuk.

Kami sudah dibookingkan tempat makan di atas balkon oleh Sud Chemie -sponsor conference ini-. Dari balkon ini kita bisa melihat aktivitas orang-orang yang rendezvous di bawah. Saya dan pak Andrian pesen ayam kalkun dan minumnya coca-cola, karena daftar menunya bahasa jerman yg kita gak ngerti. Tetapi untungnya ada gambarnya sehingga bisa milih ayam kalkun goreng. Pak Hiroshi Sato minum bergelas-gelas bir sehingga dia agak mabuk saat terakhir kita mau pulang........(to be continued)

Dolphin

Dolphin.....lumba-lumba.....maksudnya apaan tuh ?

Dolphin natural gas pipeline project adalah project energi terbesar di middle east. Project ini juga merupakan most important pipeline in the persian Gulf region, yang akan membantu pertumbuhan demand gas di region ini.

Proyek ini diwujudkan karena besarnya cadangan gas Qatar yang terbukti di North field yang mencapai 900 tcf. gas akan dikirimkan ke UEA dan Oman dengan total komitmen 1899 mmscfd. Customer gas ini adalah Abu Dhabi Water and Electricity (ADWEA), Dubai Supply Authority (DUSUP), Union Water and Electricity Company (UWEC), Oman Oil Company (OOC), and Ras Al Khaymah. Untuk tahun 2007 ini produksi gas yang dapat dialirkan beru mencapai 1000 mmscfd selanjutnya direncanakan meningkat menjadi 2000 mmscfd sampai tahun 2011. Kemudian meningkat lagi menjadi 3200 mmscfd mulai tahun 2012.

Qatar sebagai pemilik north field are yang merupakan supergiant gas condensate field (yang merupakan largest gas field in the world), mendapatkan berkah dari keberadaan proven reserved yang begitu besar ini. Perusahaan lainnya milik Qatar yaitu Qatargas dan RasGas berpatungan dengan raksasa energi dunia separti Total dan Exxon akan melipatgandakan kapasitas produksi LNG nya menjadi sekitar 77 juta ton pada tahun 2010 (terbesar di dunia). Dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 800 ribu orang, diproyeksikan Qatar akan menjadi negara yang mempunyai pendapatan perkapita terbesar di dunia pada tahun 2010..................God Bless Qatar...........................

Sunday, April 8, 2007

Meniti Karir

(Diambil dari Blog Pak Aditiawan Chandra)

Siapapun pasti menginginkan kesuksesan dalam mencapai karir. Betapa tidak, segala usaha telah ditempuh untuk meraih cita-cita. Untuk mewujudkannya seseorang bahkan rela mengorbankan waktu, energi, dan biaya. Tetapi masalahnya mengapa seseorang dapat mudah mencapainya, sementara yang lain sulit merealisasikannya.Menurut pengalamanku, ada beberapa kiat yang perlu diperhatikan agar apa yang menjadi cita-cita mudah diraih.

(a) Komitmen yang tak putus-putus. Apapun langkah yang dilakukan untuk mewujudkan cita-cita, perlu dilakukan dengan keinginan dan daya juang yang tinggi. Apabila di tengah jalan kita menghadapi godaan dan kendala, cobalah untuk bangkit kembali memulai langkah baru. Langkah-langkah tersebut harus terarah, fokus dan dapat dilaksanakan.

(b) Langkah berikut harus lebih baik. Meniti karir merupakan perjalanan panjang. Sehingga untuk merealisasikannya perlu langkah-langkah yang berkesinambungan. Langkah tersebut antara lain berbentuk inisiatif, hasil karya, penyelesaian tugas, kerjasama dan komunikasi. Nah.. apapun tindakan nyata yang kita perbuat, langkah penitian karir yang akan dilakukan harus merupakan yang lebih baik.

(c) Mulailah perbaiki segala kelemahan diri yang ada. Bangkitkan percaya diri untuk dapat dengan mudah mengungkapkan inisiatif. Perbanyaklah ilmu dan ketrampilan yang relevan dan signifikan untuk dapat menghasilkan hasil karya. Senantiasa fokus dan pintar-pintar mengelola waktu agar tugas-tugas terselesaikan sesuai jadual.

(d) Meningkatkan kompetensi apapun melalui teknologi. Dalam era komputerisasi dan digitalisasi saat ini, kita perlu menguasai teknologi internet, penggunaan software tertentu dalam proses bisnis di organisasi/perusahaan, dan teknologi yang relevan dengan kompetensi khusus yang kita miliki.

(e) Kembangkan kerjasama dan jejaring kerja yang positif. Dalam pekerjaan sehari-hari umumnya tugas-tugas perlu diselesaikan melalui kerjasama antar unit organisasi. Tidak mungkin kita bekerja sendiri, sehingga kita memerlukan bantuan teman, rekan, dan kolega di tempat kerja. Jalinlah sikap bersahabat, menghargai bantuan atau karya orang lain. Lakukan juga hubungan komunikasi yang baik dengan sesama bawahan maupun atasan. Janganlah malu-malu bertanya pada mereka dan memberikan dukungan yang diperlukan. Ucapkanlah tanda terima kasih atas bantuan dan kerjasama mereka. Perluas juga kerjasama ini diluar bidang tugas, bagian atau organisasi dimana kita berada. Yang perlu dihindari, janganlah sekali-kali kita menjelekkan atau menghina inisiatif maupun hasil karya orang lain.

(f) Tepati janji dan taat pada prosedur yang berlaku. Kepercayaan dari atasan maupun rekan dan mitra kerja akan sangat mempengaruhi keberhasilan meniti karir. Oleh karena itu lakukan semua tugas, kerjasama, dan kesepakatan secara tepat waktu dan sesuai prosedur.

(g) Gaul dan menjaga sopan santun. Menjaga penampilan diri dan tutur kata merupakan hal sepele yang sangat dituntut dalam menjalin kerjasama. Sesuaikan cara berpakaian dengan budaya organisasi yang berlaku. Jika sebagian besar karyawan berpakaian neces, kitapun mengikutinya. Kalau bos dan atasan kita umumnya memakai pakaian blue jeans, tidak ada salahnya kitapun menyesuaikan dengan mereka. Pergaulan dapat di dijalin melalui jalur hobby yang sama atau mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan kerja dan organisasi.

(h) Berdoalah pada Tuhan Yang Maha Esa. Apapun usaha yang kita lakukan perlu mendapatkan restu Tuhan YME. Jadi, janganlah bosan-bosan memohon pertolongan Tuhan untuk mengabulkan segala apa yang kita inginkan. Janganlah percaya pada tahyul, dukun maupun faktor keberuntungan!!!

Saya kira itulah syarat-syarat sukses meniti karir guna merealisasikan cita-cita yang kita inginkan. Tetapi saya percaya teman-teman pasti masih memiliki kiat-kiat tambahan lainnya untuk dapat kita dengar dan berbagi. (copyright@aditiawan chandra)

Berliner Mauer



December 2, 2006. Saya bersama mas Hohok dipandu oleh mas Yossi (yang sedang studi doktoral di Uni Magdeburg) berkesempatan mengunjungi kota Berlin selepas perjalanan dari Praha.

Berliner Mauer alias tembok berlin memang sudah lama hancur tetapi bekas-bekas potongan tembok yang terlihat di jalan masih menyisakan atmosfir "komunis" atau "timur". Banyak "platz" atau "square" atau "alun-alun" di Berlin bagian timur yang memang sengaja dibuat dan merupakan ciri khas kota-kota beraliran komunis. Berbeda dengan Berlin bagian barat yang agak sedikit "platz" nya dan cenderung mirip kota-kota di Jerman lainnya.


Perjalanan kami di Berliner Mauer terhenti di semacam "museum" di pinggir tembok berlin yang memajang foto-foto mulai dari tembok tersebut dibangun, sampai akhirnya dirubuhkan. Ternyata banyak orang yang bermukim di Berlin timur berusaha melarikan diri ke Berlin Barat dengan bermacam-macam cara. Ada yang menyelundupkan orang di bagasi mobilnya. Ada yang lari meloncati pagar dan lain lainnya. tidak sedikit pula yang tewas terkena peluru petugas saat melarikan diri. Saya coba membayangkan dan ikut larut pada kejadian berpuluh tahun yang lalu itu. Betapa penindasan komunis dan sistem yang diberlakukan sangat memberangus kebebasan serta menghambat kesejahteraan. Tak sadar saya mengucap syukur Alhamdulillah telah diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk tidak hidup di zaman dan negara seperti itu.


Kami juga menyinggahi tempat-tempat penting yang terkait dengan tembok berlin seperti : Check Point Charlie, dan Branderburg Tor (Brandenburg Gate). Di gerbang Branderburg ini terlihat banyak sekali turis yang berfoto serta sekedar melihat-lihat gerbang yang di"jaga" oleh 4 ekor kuda ini. Di depan gerbang ini ada orang yang menyerupai patung dengan kostum komunis dan berbagai asesorisnya yang mengharapkan dapat diberi sejumlah uang jika ada turis berfoto dengannya. Ada juga pengamen yang memainkan gitar dengan lagu-lagu klasik yang enak didengar. Setelah puas melihat tembok berlin, kami menuju ke halte bus dan bersiap untuk tujuan berikutnya : mencari nasi di.......Lebanon restoran.......karena perut dah lapaaar sekali......

Wednesday, April 4, 2007

The Kids

Let Me introduce my Kids :

Kresna : My imaginative boy.......his name was taken from special wayang character name "Sri Kresna" which is play important role as Pandawa advisor. Sri Kresna also is reincarnation of Dewa Vishnu. He is an imaginative boy, since he is very interested in aircraft design and operation, propellers, turbines and every rotary things while he was 4. Presently he is involved in most of computerised games and things. So every friday evening, i have to give him special time for gaming and do things related to computer. I'll rather afraid that now he is not so interested in palying football or basketball....But when i asked him : "what do you want to be ?" he is answered : " i want to be an aircraft engineer...." He also told his teacher Ustadz Indra about this.

Syifa : My lovely daughter.........she is 6 year old now, her name means healing. I and my wife hope that she will heal all our illness and problems. She's very nice girl, love to paint, coloring, and write. Sometimes she give us strange words that we do not know how she come up with. We call it "internet rusak" he he. Now she is in kindergarten level B or TK B, and we hope this mid year she will move to secondary school. We are very glad to playing together with her sister and her brother usually after hour time.

Rania : My funny daughter.......yaps she is 1 year old and she is very funny + energetic girl. It is very often that she disturbing her sister and brother that make them "streesss" he he. She likes everything and also easy to eat anything she want. But her's energetic style sometimes make her mother be snowed under........Her name is taken from "Ratu Rania" from Jordan who is pretty and generous.

Tranquility


Tranquility.......hmmm kenapa nama blog ku itu ? karena aku mendambakan kesentosaan dan ketenangan. Rasanya sama seperti keinginan mayoritas mahluk di muka bumi ini.

Dari mana kata itu datang ? Saat aku dapat email update project B 787 (dulu sebelum launch sempat dinamain 7E7) dari Boeing World Design Team (kebetulan aku adalah salah satu anggotanya), aku berkesempatan virtual tour di interior 787 yang sangat nyaman. Kelebihan pesawat ini adalah menggunakan most advanced material yaitu campuran metal dan composit karbon shg lebih light dan lebih kuat sehingga bisa menurunkan bobot pesawat dan menghemat bahan bakar. Selain itu ada beberapa keunggulan lain yang kalo diceritakan di sini bisa panjang sekali. Nah salah satu kehebatannya lagi adalah sistem sirkulasi dan humidifikasi udara di dalam kabin pesawat yang improved shg udara di dalam pesawat sekelas dengan udara bersih di pegunungan yang berkelembaban cukup sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan ketenangan penumpang selama di dalam kabin. Oleh karena itu TRANQUILITY adalah salah satu kelebihan yang ditawarkan oleh B 787 jika kita berada di dalam kabinnya.

Ingin segera rasanya mencoba kesentosaan di dalam business class B 787...............sama seperti keinginan untuk mencoba spacious cabin si Jumbo "double decker" A 380 tahun ini.......Semoga....Insya Allah

5 April 2007